kenapa ya ??? itu pertanyaan saya sejak dua minggu yang lalu. Kenapa tiap puasa saya dan keluarga tanpa assisten rumah tangga?? tepatnya sudah tiga kali puasa dan akan tiga kali lebaran(bang toyib,,,, minggir........). Rasanya agak berat memang saat belum dijalani, gimana dengan Mila? kalau urusan rumah tangga alias bersih-bersih, masak, setrika dan nyuci alias seabrek uruan rumatangga tidak buat saya pusing(karena sudah mengalami penataran hidup dari Emak Sri).
Pertama dengan mbak Ina, beliau harus pulang karena orang tua sakit(sampai akhirnya meninggal). Seminggu sebelum puasa beliau sudah kembali ke kampung halaman, sedih mendalam deh waktu mbak Ina pulang, karena secara umur seumuran dengan saya, kami bisa bekerja sama dengan kompak dan selaras. Nyaris tidak pernah ada konflik. mengasikan bekerjasama dengan beliau. Sayangnya sampai kami mendatangi beliau kembali orang tua(bapak mbak Ina) tidak mengijinkan dengan alasan tidak ada yang menemani dirumah. Oke saya menerima sekali, karena orang tua juga segalanya buat saya.
Kedua, dengan Bude Wakiah, beliau juga sempat merawat saya sewaktu saya masih kecil. Saya masih ingat sewaktu saya masih imut dulu(jangan ketawa, tutup barisan gigi) Beliau sangat galak, dan sekarang saya sadar beliau tegas, termasuk dengan Mila. Tiap saya akan dinas keluar kota pasti memeluk erat saya dan meneteskan air mata, seolah saya ini benar-benar anaknya. Kami juga kompak, hanya saja dari awal kami sudah terikat perjanjian bahwa puasa bude harus pulang ke magelang karena tak tega bila suami puasa tanpa beliau. It's Ok.... tapi kalau kami pulang kmapung sampai terakhir bulan mei kemarin, beliau pasti datang ke rumah Emak Sri dan menyempatkan main dengan Mila. Alasan tidak balik ke Bekasi sungguh luar biasa, Suami. Saya tidak bisa mengelak kalau sudah tentang keluarga.
Ketiga dengan Bude Mardiyah, ini dicarikan mertua, sudah agak sepuh memang. Sebenarnya beliau ini untuk urusan rumah tangga hajar habis. Tapi agak susah dengan Mila, Mila cenderung banyak tanya alias rasa ingin tahunya segede gunung, kalau belum puas dengan jawaban akan mengejar sampai Mila terasa terpuaskan. Nah, Bude Mardiyah tidak sabar dan menganggap Mila cerewet. Yang sering bertengkar dirumah adalah Bude dan Mila. Lucu memang, mungkin pembawaan beliau kurang suka dengan anak kecil(pertanyaannya bagaimana beliau dengan cucunya? itu biar jadi rahasia ....). Beliau pulang awal Juni kemarin setelah sakit. Alhamdulillah saya sempat merawat dan sampai sembuh.
Terus bagaimana saya tanpa Assisten Rumah Tangga???? Bisa saja.
Miza Karmila Nur(Anak)
ya ini yang paling membuat saya rontok hati dan jiwa bila tidak ada yang megang. Alhamdulillah ada tante yang deka ruma dan deng senang hati membantu menjaga Mila, Saya antar ke rumah tante dipagi hari sudah mandi, saya bawain sarapan, dan cemilan untuk seharian. Sebenarnya tante sudah mengingatkan untuk tidak usah bawain makanan, tapi buat saya tidak ada salahnya, toh bisa buat sarapan pagi dengan Sekar(anak tante paling kecil). Mila pernah juga merasakan Daycare, tepatnya di Setneg, tapi karena tante sudah menawarkan makanya saya tidak bawa Mila ke Daycare lagi seperti dulu.
Pekerjaan Rumah
berat pastinya kalau liat pekerjaan rumah sebarek-abrek saat kita pulang kantor. Tapi saya sendiri mensiasati. Saya dan ayah(suami saya) berbagi tugas. Salah satu harus ada yang menemani Mila. Untuk masak, kami biasa simpel aja atau kalau tidak kami biasa beli di salah satu catering di dekat rumah(menunya ganti terus dengan harga terjangkau). Untuk cucian paling menyita waktu, sebelumnya saya pakai mesin cuci manual alias dua tabung dan akhirnya proposal saya ke Ayah disetujui untuk ganti yang otomatis jadi kita bisa mengerjakan hal lain. Ya kalau hanya nyabu, sofa dan nyuci piring ga usah dibahas ya.
Sebenarnya intinya kembali lagi pada kerja sama suami istri dan disiplin tanpa menunda pekerjaan. karena bila kita bangun kelewat 5 menit saja, rasanya sudah amburadul. berterima kasih dan bersyukur menjadi ibu dan istri diberi kemampuan alam yang luar biasa.
0 comments:
Post a Comment