Monday 17 February 2014

SURAT UNTUK IBU TRI RISMAHARINI

Assalamaualaikum ibu,


mungkin bukan saya saja yang berkuping merah, mendengar pejuang akan mundur dari peperangan.

Bagaimana ibu membangun masyarakat surabaya bukan untuk mendapatkan deretan penghargaan tetapi untuk masyarakat terpenuhi kelayakan.

Disadari atau tidak, ibu menjadi panutan bagi saya, bahkan bagi indonesia untuk action bukan hanya berkicau seperti yang sering saya lihat di TV. 

Berdebat sampai semua urat keluar tanpa wujud nyata. Ibu tidak berpura-pura, tak seperti mereka yang pandai bermuka dua. 

Tangis ibu bukan tangis pembelaan atau belas kasihan seperti mereka perempuan yang keluar dari sebuah gedung di kuningan jakarta, tapi  belum selesainya perjuangan masyarakat surabaya.

Kelelahan ibu bukan keringat yang mengucur tanpa hasil, terbayar senyuman masyarakat surabaya dan saya yang belajar dari ibu untuk memetik setiap inti dari prosesnya

Semua keputusan ada pada genggaman ibu, hanya ibu yang tau sebaik-baiknya keputusan mengenai hal tersebut. Kami terus belajar, menanamkan nilai-nilai seperti ibu pada lingkungan kami dan pada diri kami.  


Categories:

0 comments:

Post a Comment