Monday, 21 January 2013

Jatuh Cinta

Kalau orang yang sedang dimabuk cinta pasti bilang, hidup tanpa cinta itu seperti mendung tanpa pelangi. Tapi kalau yang sedang patah hati atau kecewa pasti bilang, apa cinta?

Saya saat ini sedang flat alias dalam keadaan baik(semoga Allah selalu melimpahkan kebaikan, ketentraman dan kedamaian hati kami) , tapi pernah mengalami yang namanya naik turunnya kehidupan saya dan ayah. Saya kenal Nur Efendi sejak akhir 2004 bulan oktober kalau tidak salah, tentunya tidak langsung ada jalinan, kami sering main bareng dengan teman-teman yang lain, sama-sama berkegiaatan di Bengkel Seni di Kampus Universitas Tidar Magelang(saya bangga menyebut kampus ini). Jalinan di mulai tahun 2005 tanpa bilang aku jatuh cinta, tanpa getar-getar hati atau jantung, tanpa gemeteran kalau bertemu, kami hanya nyambung, tanpa ga bisa tidur kalau malam. Kami hanya merasa nyaman satu sama lain. 

Dan ini adalah tahun ke delapan kami bersama-sama dalam bentuk teman, sahabat dan tiga tahun sebagai suami istri. Sebelum menikah kami sering berantem(alias diem-dieman) memecahkan masalah yang kami hadapi biasanya di rumah dan orang tua kami selalu tahu apa yang jadi masalah(tanpa mencampuri). Kami membiasakan ini agar apa yang kami lakukan sepengatahuan orang tua, termasuk saya dan Nur efendi saat memutuskan untuk berhenti menjalani jalinan ini, kami berpamitan ke tiap orang tua dan menjelaskan kenapa(saya suka dengan sikap orang tua saya yang selalu demokratis). Asik ya kalau di lihat, padahal menurut saya ini terlalu berat karena dari awal saya dan Nur efendi berkomitmen apa yang terjallin diantara kita adalah sepengatahuan orang tua. 

Saat memutuskan menikah yang buat saya stress bukan persiapan menikahnya tapi bayangan setelah menikah seperti apa. Malam sebelum akad nikah saya hanya menangis dipangkuan Emak dan Simbok(nenek saya) saya merasa apa yang saya putuskan apakah sudah benar, apakah ini benar jodoh saya, hanya berdoa Ya Allah lancarkan kehidupan kami nanti, damaikan hati kami, dan semoga ini karena Mu, Amin. Saat akad nikah, pesan Bapak saya adalah apapun yang akan kalian hadapi setelah menikah nanti jadikan penguat kalian berdua(saat mendengar ini saya dan nur efendi saling memandang dan hanya kedipan matanya yang membuat saya menunduk dan menangis......)

Setelah menikah pastinya ada konflik, apa?? Dalam satu atap ada dua kepala dan kebiasaan masing-masing yang pasti berbenturan. Kadang saling senyum saat ada yang tidak pas alias mengecewakan, lebih seringnya diem-dieman sampai kami merasa nyaman untuk membahasnya. Pasti kondisinya setiap pasangan berbeda, Alhamdulillah kami dapat belajar bersama, komitmen kami apa yang kami lakukan untuk kami berdua. Sampai saat ini kami masih selalu punya rasa penasaran satu sama lain, kami merasa saling membutuhkan(sungguh tak berlebihan), kami saling merasa untuk membahagiakan, kami saling mengingatkan, terlebih saya sendiri saya merasa beruntung Allah memberikan suami yang luar biasa buat saya, melindungi saya, menjaga dengan baik dan menenangkan saya,  saya suka rasa cemburunya(kalau tidak cemburu saya mungkin malah bingung).


Kami tak merasakan jatuh cinta dengan getar-getar dihati, jantung kami tak berdegup kencang saat akan bertemu, tapi kami saling mengasihi dan menyayangi. kalau tidak berlebihan saya bilang kami saling cinta.


Categories:

0 comments:

Post a Comment