Artikel ini sya dapat dari YUSUF MANSUR NETWORK (facebook), Alangkah terbukanya mata saya, Ketika tempat diri diserang menangislah, tapi alangkah lupanya bahwa diri juga menyerang??? Astagfirullah...............................
(
HIKMAH ) KETIKA OBAMA MENANGIS, BAGAIMANA DENGAN TANGISAN PARA IBU DI
PALESTINA - Seorang pemuda Amerika menembaki sebuah sekolah dan
menewaskan 27 anak. Dengan insiden ini, seluruh Amerika menangis. Maka,
melalui presidennya, Barack Obama
mengungkapkan kesedihannya yang amat sangat atas kesucian anak-anak yang
dibantai, dan terhadap orang tua mereka yang tidak bisa lagi memeluknya
setelah hari ini. Ia pun meneteskan air matanya di depan banyak orang
saat menyampaikan pidatonya. Jika kita berbicara tentang anak-anak, maka
kita berbicara tentang kesucian, lepas dari kewarganegaraan, negeri dan
tanah airnya. Namun mengapa Obama menangisi anak-anak di suatu tempat,
dan sebaliknya ia membantai anak-anak di tempat lain?
Ingat ketika Amerika dan sekutunya menyerang irak, Afghanistan, Vietnam dulu, dll berapa anak-anak menjadi korban dari ledakan bom dalam jumlah besar, walau dengan dalih menghindari korban sipil kenyataan yang ada seluruh penduduk dunia memprotes serangan mereka ketika itu, bahkan warganya sendiri.
Bukan hanya anak-anak Amerika, satu-satunya yang memiliki ibu dan ayah, dan yang akan merasakan kehilangan dengan meninggalnya. Namun juga anak-anak Syam, baik di Palestina atau di Suriah, mereka juga memiliki ayah dan ibu yang sangat ingin untuk memeluk anak-anaknya, bahkan mereka lebih mencintai anak-anaknya daripada orang Amerika.
Di Amerika anak-anak meninggalkan orang tuanya segera setelah ia dewasa secara hukum, bahkan memutus hubungan dengan orang tuanya, dan kadang-kadang membunuhnya untuk mendapatkan harta warisannya, atau ingin lepas darinya. Sementara anak-anak kaum Muslim tetap bersama dengan orang tuanya selama mereka hidup, menemaninya dengan sangat baik, dan membantunya ketika kedua orang tuanya telah berusia lanjut. Allah SWT berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil’.” (QS. Al-Isra’ [17] : 23-24).
Di belahan dunia lain, di Palestina, ribuan anak yang dibantai oleh Israel tak pernah jadi tragedi apapun oleh dunia. Kematian anak-anak Palestina yang dibantai oleh Zionis Israel setiap tahun adalah hal yang biasa atas nama membela diri. Dari mulai bayi sampai remaja, tak pandang siapa.
Setiap kali Israel melakukan serangan ke Gaza, korban utama adalah anak-anak yang tak berdosa. Ada yang mengatakan bahwa membunuh anak-anak itu adalah kebijakan Zionis Israel untuk memutus rantai keturunan orang Palestina. Toh, tak ada yang mampu menghentikan Israel.
Walaupun kekejaman Israel itu melebihi takaran akal manusia, reaksi para pemimpin dunia tidak sehebat reaksi ketika 26 anak Amerika dibantai oleh Adam Lanza.
Untuk anak-anak Palestina, taka da pemimpin terkemuka dunia yang menangis. Dan indikasi itu sudah cukup kuat untuk Israel untuk terus membantai bocah Palestina. Karena tak ada yang peduli kepada kematian mereka sebagaimana orang peduli kepada kematian anak-anak Amerika.
Seorang anak muda Pakistan berusia 28 tahun pernah berang ketika tahu Obama kembali terpilih dalam pemilu presiden. Ia mengatakan Obama telah merampas nyawa ayah, tiga saudara dan keponakannya, dalam serangan pesawat tak berawak (Drone) AS di desanya di Waziristan Selatan. Serangan itu terjadi satu bulan setelah Obama pertama kali menjabat.
Hal sama juga dirasakan oleh Haji Abdul Jabar. Ayah dari seorang anak yang tewas akibat agresi AS di Pakistan itu mengatakan bahwa kebijakan Obama sebenarnya diarahkan terhadap Islam dan Muslim, bukan yang lain.
“Setiap kali dia memiliki kesempatan, Obama akan menggigit Muslim seperti ular. Lihatlah berapa banyak orang yang telah dibunuh dengan serangan pesawat tak berawak miliknya,” katanya berang.
Obama sendiri tidak memberikan indikasi bahwa ia akan menghentikan atau mengubah kampanye Drone di Pakistan dan beberapa negara muslim lainnya.Pembunuhan warga sipil Pakistan, termasuk perempuan dan anak-anak, dalam serangan udara telah membuat tegang hubungan antara Islamabad dan Washington, yang mendorong para pejabat Pakistan untuk mengirim peringatan kepada pemerintah AS atas serangan tersebut.
November lalu, kasusnya juga hampir sama. Kali ini korbannya adalah para remaja Afghanistan. Serangan Drone AS habis membom-bardir Distrik Baraki Barak, Provinsi Logar, Afghanistan Timur dengan merenggut nyawa tiga remaja muslim di bawah 16 tahun. Sebelumnya, serangan serupa juga pernah terjadi pada pertengahan Oktober di Provinsi Helmand, barat daya Afghanistan, saat itu empat bocah ingusan meregang nyawa. Ya, mereka dibom oleh Drone AS lewat policy war on terrorism di Afghanistan.
Entah sudah berapa ribu anak-anak muslim di belahan dunia ini yang memiliki kisah bagaimana mereka pernah berhadapan dengan panasnya timah Amerika. Tawa, canda, suka ria mendadak lenyap berganti luka, cacat, dan tubuh membujur kaku. Kesempatan mereka untuk menikmati masa kecilnya telah direnggut oleh kebiabadan atas nama perang melawan kebangkitan Islam dari Presiden bernama lengkap Barrack Hosein Obama.
Hingga kini bocah-bocah Palestina juga bernasib sama. Mereka hidup dalam bayang-bayang dukungan Amerika menyuplai Israel dalam sisi senjata. Anda mungkin pernah menyaksikan Film Tears of Gaza, di mana telinga seorang bocah Palestina terganggu saat shalat mendengar suara Drone AS mengawang-ngawang memecah langit Gaza.
AS memang mitra sejati Israel. Bagi Obama, menyerang Israel sama dengan menurunkan wibawa Amerika. Tidak heran meski 600 anak Palestina tewas dalam agresi Zionis ke Gaza Desember 2008 hingga Januari 2009, tak ada satupun rasa simpati dari Obama atas hilangnya nyawa manusia. Tidak ada pidato, tidak ada belasungkawa, apalagi airmata. “Mereka (Israel) berhak membela diri,” kata Obama enteng
Ingat ketika Amerika dan sekutunya menyerang irak, Afghanistan, Vietnam dulu, dll berapa anak-anak menjadi korban dari ledakan bom dalam jumlah besar, walau dengan dalih menghindari korban sipil kenyataan yang ada seluruh penduduk dunia memprotes serangan mereka ketika itu, bahkan warganya sendiri.
Bukan hanya anak-anak Amerika, satu-satunya yang memiliki ibu dan ayah, dan yang akan merasakan kehilangan dengan meninggalnya. Namun juga anak-anak Syam, baik di Palestina atau di Suriah, mereka juga memiliki ayah dan ibu yang sangat ingin untuk memeluk anak-anaknya, bahkan mereka lebih mencintai anak-anaknya daripada orang Amerika.
Di Amerika anak-anak meninggalkan orang tuanya segera setelah ia dewasa secara hukum, bahkan memutus hubungan dengan orang tuanya, dan kadang-kadang membunuhnya untuk mendapatkan harta warisannya, atau ingin lepas darinya. Sementara anak-anak kaum Muslim tetap bersama dengan orang tuanya selama mereka hidup, menemaninya dengan sangat baik, dan membantunya ketika kedua orang tuanya telah berusia lanjut. Allah SWT berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil’.” (QS. Al-Isra’ [17] : 23-24).
Di belahan dunia lain, di Palestina, ribuan anak yang dibantai oleh Israel tak pernah jadi tragedi apapun oleh dunia. Kematian anak-anak Palestina yang dibantai oleh Zionis Israel setiap tahun adalah hal yang biasa atas nama membela diri. Dari mulai bayi sampai remaja, tak pandang siapa.
Setiap kali Israel melakukan serangan ke Gaza, korban utama adalah anak-anak yang tak berdosa. Ada yang mengatakan bahwa membunuh anak-anak itu adalah kebijakan Zionis Israel untuk memutus rantai keturunan orang Palestina. Toh, tak ada yang mampu menghentikan Israel.
Walaupun kekejaman Israel itu melebihi takaran akal manusia, reaksi para pemimpin dunia tidak sehebat reaksi ketika 26 anak Amerika dibantai oleh Adam Lanza.
Untuk anak-anak Palestina, taka da pemimpin terkemuka dunia yang menangis. Dan indikasi itu sudah cukup kuat untuk Israel untuk terus membantai bocah Palestina. Karena tak ada yang peduli kepada kematian mereka sebagaimana orang peduli kepada kematian anak-anak Amerika.
Seorang anak muda Pakistan berusia 28 tahun pernah berang ketika tahu Obama kembali terpilih dalam pemilu presiden. Ia mengatakan Obama telah merampas nyawa ayah, tiga saudara dan keponakannya, dalam serangan pesawat tak berawak (Drone) AS di desanya di Waziristan Selatan. Serangan itu terjadi satu bulan setelah Obama pertama kali menjabat.
Hal sama juga dirasakan oleh Haji Abdul Jabar. Ayah dari seorang anak yang tewas akibat agresi AS di Pakistan itu mengatakan bahwa kebijakan Obama sebenarnya diarahkan terhadap Islam dan Muslim, bukan yang lain.
“Setiap kali dia memiliki kesempatan, Obama akan menggigit Muslim seperti ular. Lihatlah berapa banyak orang yang telah dibunuh dengan serangan pesawat tak berawak miliknya,” katanya berang.
Obama sendiri tidak memberikan indikasi bahwa ia akan menghentikan atau mengubah kampanye Drone di Pakistan dan beberapa negara muslim lainnya.Pembunuhan warga sipil Pakistan, termasuk perempuan dan anak-anak, dalam serangan udara telah membuat tegang hubungan antara Islamabad dan Washington, yang mendorong para pejabat Pakistan untuk mengirim peringatan kepada pemerintah AS atas serangan tersebut.
November lalu, kasusnya juga hampir sama. Kali ini korbannya adalah para remaja Afghanistan. Serangan Drone AS habis membom-bardir Distrik Baraki Barak, Provinsi Logar, Afghanistan Timur dengan merenggut nyawa tiga remaja muslim di bawah 16 tahun. Sebelumnya, serangan serupa juga pernah terjadi pada pertengahan Oktober di Provinsi Helmand, barat daya Afghanistan, saat itu empat bocah ingusan meregang nyawa. Ya, mereka dibom oleh Drone AS lewat policy war on terrorism di Afghanistan.
Entah sudah berapa ribu anak-anak muslim di belahan dunia ini yang memiliki kisah bagaimana mereka pernah berhadapan dengan panasnya timah Amerika. Tawa, canda, suka ria mendadak lenyap berganti luka, cacat, dan tubuh membujur kaku. Kesempatan mereka untuk menikmati masa kecilnya telah direnggut oleh kebiabadan atas nama perang melawan kebangkitan Islam dari Presiden bernama lengkap Barrack Hosein Obama.
Hingga kini bocah-bocah Palestina juga bernasib sama. Mereka hidup dalam bayang-bayang dukungan Amerika menyuplai Israel dalam sisi senjata. Anda mungkin pernah menyaksikan Film Tears of Gaza, di mana telinga seorang bocah Palestina terganggu saat shalat mendengar suara Drone AS mengawang-ngawang memecah langit Gaza.
AS memang mitra sejati Israel. Bagi Obama, menyerang Israel sama dengan menurunkan wibawa Amerika. Tidak heran meski 600 anak Palestina tewas dalam agresi Zionis ke Gaza Desember 2008 hingga Januari 2009, tak ada satupun rasa simpati dari Obama atas hilangnya nyawa manusia. Tidak ada pidato, tidak ada belasungkawa, apalagi airmata. “Mereka (Israel) berhak membela diri,” kata Obama enteng
0 comments:
Post a Comment