Wednesday, 10 October 2012

AIR & BATU

Kita harus menjadi air untuk mengikis sebuah batu...
Kaum adam yang mengagumkan, dan cenderung punya pribadi yang sekeras batu. Tak jarang kita akhirnya beradu pendapat karena punya pikiran yang berbeda.  Ada pula argumen berbeda, tentang apa itu romantis dan bagaimana bersikap romantis. Atau argumen tentang harus membawakan tas belanjaan atau tidak. (Anda tentu jauh lebih tahu argumen apa saja yang sempat hadir di dalam hubungan)
Dan apa jadinya jika kita bersikukuh saling mengadu pendapat?
Sama halnya seperti ketika batu diadu dengan batu. Keduanya sama kerasnya. Jika diadu, bisa jadi keduanya sama utuh. Atau malah berakhir keduanya pecah menjadi puing batu. Sama-sama terluka.
Begini cara membentuk batu...
Jadilah air, kikislah, bentuk menjadi pribadi keras yang sejalan dengan Anda. Bukan dengan cara keras yang membuat keduanya terluka. Namun dengan kesabaran, ketulusan, kesepakatan, dan ketekunan dari waktu ke waktu. Lihat saja batu kali itu, tak ada yang merasa terganggu dengan aliran air sungai. Sekalipun deras aliran airnya, atau tenang selembut kalbu, bebatuan itu tak pernah keberatan dikikis dan dibentuk setiap harinya. Bahkan senantiasa berdiri kokoh di sana, menunggu aliran air datang dari hulu ke hilir.
Begini cara menjadi air...

Tahu kapan saat berbicara, tahu kapan saat mendengar. Berpikir dari sisi pria, dan bersikap manis seperti seorang wanita.
Tahu bagaimana cara memakai makeup yang cerdas, dan bukan sekedar memakai topeng kecantikan.
Tahu kapan saatnya merajuk. Dan bersikap tegas serta mandiri.
Tahu kapan saatnya ingin dipeluk. Dan selalu menyediakan bahu saat ia juga butuh bersandar.
Tahu bagaimana menjadi wanita pekerja keras. Namun juga lemah lembut serta piawai menyajikan makanan di dapur.
Tahu bagaimana bersikap tegas. Sekaligus lemah lembut keibuan.
Categories:

0 comments:

Post a Comment