Wednesday 27 February 2013

GALAU

Agak keren menggunakan judul "GALAU".. itu tidak mewakili perasaan saya(ciiiiiaaattttt..... opo iki?) Saat ini lebih pada kerjaan yang mulai full dan paper yang cetar, membahana, nyata (maaf dek syahrini, saya pinjam kata manismu). Sudah beberapa hari ini ngantor telat, rekornya hari senin sampai kantor jam 9.45 WIB, mana ruangan selantai dengan Bagian Kepegawaian.... oooohhhhh Yes!!!! langsung keliatan Kepala Kepegawaian, biarlah menjadi rahasia umum. 

Tidak mau juga pakai alasan paper yang membahana olala yang membuat merem melek sampai jam 01.00 WIB, keren sih. Dulu jaman kuliah bisa bergadang samapai pagi. tapi sekarang jam 12.00 sudah mulai kehilangan kendali terhadap mata dan pikiran. Mungkin bisa jadi bukan saya saja yang mengalaminya, diluar sana pasti lebih banyak ibu bekerja dan sekolah yang jauh lebih berat di banding saya.Saya hanya berusaha agar paper itu tidak sampai di meja office, kenapa?? karena saya ga sanggup mengerjakan bagian office dan bagian sekolah bersama-sama. Mungkin otak saya terpetak-petak, wkwkwkkwkwkkwkwkk kayak sawah aja. Saya berdoa semoga tidak membawa tugas ke kantor(amin kan saudaraku ......... amin)


Berdoa dan optimis semua akan lancar. Amin........ dibantu ayah yang sekarang saya panggil abang Jalil(kenapa?? karena bercandanya makin aneh) dan Mila yang luar biasa(maafin ibu ya dek,,,,)

Wednesday 20 February 2013

Ketika seseorang menghina menyakitimu lagi dan lagi, anggap saja mereka seperti amplas. Mungkin anda akan terbaret dan terluka. Tapi ingatlah pada akhirnya anda akan menjadi mengkilap / berkilau dan mereka tak berguna lagi

Tuesday 12 February 2013

Miza Karmila & Ayah

tempat favorit mila"solaria"

senyum tipisnya :)

Mila, ayah banget

ini siang hari tidak mau tidur

wish u the best Mila

lapor, tangan mila sakit ayah

capek setelah lomcat-loncat di kasur



candy, i like it

Hujan Jakarta(banjir)





























Menabung Bahagia


Pagi ini mendapat artikel luar biasa, tidak ada salahnya saya membagi hal ini. 

 @JuliantoPelikan

KOMPAS.com - Umumnya manusia ingin bahagia dan mengejarnya dengan banyak cara. Tapi tak semua orang tahu bagaimana berbahagia dengan benar. Misal, masih ada orang yang beranggapan bahwa bahagia itu identik dengan kekayaan dan popularitas. Lalu dia kerja keras dsb, lalu kaya. Namun akhirnya tetap tidak menemukan kebahagiaan.

Itu keliru. Lihat saja tak sedikit konglomerat dan artis papan atas mati bunuh diri. Mereka hanya kaya nama dan harta tapi tetap miskin bahagia. Bahagia adalah emosi positif, yang kita perlukan sepanjang kehidupan, terutama di saat sulit dan situasi yang buruk. Perasaan bahagia dibentuk sejak kecil. Ditumbuhkan oleh kasih sayang orang tua, relasi yang baik dengan sesama dan iman yang sehat.

Emosi bahagia tumbuh karena melewati pelbagai pengalaman baik dan buruk, situasi positif- negatif secara SEIMBANG. Ya, bahagia adalah  menikmati kesenangan dan penderitaan secara seimbang. Itu sebabnya mereka yang TERLALU dimanja saat kecil bisa bermasalah secara emosi di masa dewasa. Demikian juga anak-anak yang lebih banyak menderita karena perlakuan kasar Ayah atau ibunya.

Hidup bagaikan roda. Kadang  di atas kadang di bawah. Begitulah ada waktunya kita senang, ada waktunya sedih. Ada waktu untuk untung, kadang malang. Ada waktu untuk mendapat, kadang kehilangan. Ya untuk segala sesuatu ada waktunya, kata Salomo. Tak selamanya orang menyukai kita, terkadang kita dibenci. Hari ini dipuji, eh besok orang yang sama bisa mencaci  kita. Lebih menyakitkan lagi saat orang terdekat mengkhianati kita.

Tubuh kita tak selalu sehat, sewaktu-waktu bisa sakit. Adapula teman yang menderita hingga bertahun-tahun lamanya seperti Ayah penulis yang pernah menderita sakit nyaris 2 tahun. Begitulah. Hidup bagaikan cuaca, yang tak selalu panas terkadang ada musim hujan. Ringkasnya, bahagia adalah belajar menikmati kesenangan dan penderitaan secara seimbang. Orang bahagia itu di masa senang tidak lupa diri, dan di kondisi yang buruk tidak bersungut atau mengutuk.

Menabung emosi bahagia Jadi bagaimana caranya menabung emosi bahagia? Tetap tegar di masa sukar? Sebelum masa sulit, pengalaman pahit, atau sakit ini datang persiapkanlah diri. Seperti Nabi Yusuf yang bijak menyiapkan tujuh tahun masa kelaparan dengan menabung gandum di masa kelimpahan, kitapun perlu menabung emosi bahagia.

Seperti pepatah berkata, "sedia payung sebelum hujan". Atau anak-anak sejak kecil butuh imunisasi agar kebal saat penyakit menyerang. Maka kita pun perlu menabung emosi bahagia. Caranya? Ingat dan catatlah semua pengalaman positif: pengorbanan orang tua, kasih sayang guru, dan kebaikan sahabat. Indahnya diterima dan dihargai orang yang mencintai Kita. Serta pengalaman lainnya yang membuat hati kita senang dan emosi kita positif. Menghitung setiap berkat Tuhan. Selain mencatat emosi bahagia kita di sebuah buku harian atau komputer, "catat" juga di loh hati Anda dengan senantiasa bersyukur pada sang Ilahi.

Setelah ditulis, bagikanlah kebahagiaan itu. Dengan cara menceritakannya sesering mungkin, selagi ada kesempatan. Inilah cara terbaik menabung emosi bahagia. Moto Pelikan Indonesia dimana saya bekerja adalah: "bagikanlah penderitaanmu maka penderitaanmu akan berkurang, bagikanlah kebahagiaanmu maka kebahagiaanmu akan bertambah". Bila suatu ketika datang masa yang sulit, atau sakit menyerang, kita bisa menggunakan memori tadi untuk menguatkan diri. Kita tetap kuat, tidak mengeluh atau bersungut.

Saat kita sedih, kita mengambil "tabungan" emosi senang. Mengingat bahwa kita pernah senang dan seterusnya. Mengingat banyak orang yang (sudah) menyenangkan kita. Di saat kita malang, ditipu atau dirugikan orang, kita ambil "tabungan" keuntungan. Ya, kita pernah beruntung mendapat pemberian dan kebaikan orang yang sayang dengan kita. Bisnis kita pernah untung. Sesekali gagal atau rugi, wajarlah.

Bandul Hidup
Saya menganalogikan irama hidup kita di atas bagaikan "main ayunan" atau bandul. Siapa yang cakap mengayun ayunannya, akan bisa bergembira meski di saat susah. Masalah sebagian klien kami di ruang konseling ternyata bukan pada besar atau beratnya masalah. Tapi karena mereka tidak siap menghadapi masalah dalam hidup. Tidak ready menghadapi kemungkinan terburuk. Misalnya, pasangan yang akan menikah lebih banyak membayangkan indahnya pernikahan, tapi tak pernah belajar keterampilan menghadapi pelbagai masalah dalam perkawinan. Apakah itu penyakit, kekurangan ekonomi atau masalah anak dengan kebutuhan khusus.

Umumnya orangtua bahagia punya anak, tapi mereka tidak mempersiapkan skill dan mental jika anak mereka menghadapi masalah. Terkena adiksi narkoba misalnya. Sebagian orang malah sudah takut menghadapi masalah. Mereka menganggap kesulitan itu momok yang harus dihindari atau dijauhi. Padahal sikap terbaik, masalah itu dijalani atau dihadapi. Bukan dihindari atau lari dari masalah. Dalam konseling kami membantu klien memahami fakta kehidupan adalah berjuang. Hidup adalah perjuangan.

Kita harus berhenti dari sikap dan perilaku yang menyalahkan atau mengkambinghitamkan orang lain. Stop dari penyesalan diri atau menyalahkan diri sendiri. Lebih baik energi emosi dan pikiran dikerahkan untuk menghadapi masalah. Dengan pikiran jernih, kita mencari solusi bersama pasangan dan orang yang dipercaya. Semua orang punya masalah. Kesulitan tidak menunjukkan kita lemah. Tidak. Kesulitan yang DIA izinkan  tidak bermaksud melemahkan, sebaliknya, mendewasakan. Membuat hidup seimbang dan lebih indah berwarna.

Semua  tantangan hidup adalah pencobaan yang biasa atau lazim, tidak melebihi kekuatan kita. Tuhan tahu apa yang terbaik dan apa  yang sanggup kita pikul. Kadang kita saja yang cenderung membesar-besarkan masalah; atau suka menyimpan atau lari daripada menghadapinya. Respon keliru inilah yang menjadikan beban hidup kita terasa berat. Kita juga perlu mengembangkan sikap optimis (beriman) dan berpengharapan, bahwa badai masalah pasti berlalu. Setiap masalah ada "wisuda"-nya. Bahkan bila Anda merasa "nasi sudah menjadi bubur", percayalah buburpun bisa dijadikan bubur ayam yang lezat. Bagi orang percaya, tragedi bisa menjadi "komedi" dan frustasi menjadi prestasi.  Sikap terbaik seorang pemenang adalah selalu mengandalkan Tuhan.

Kehidupan seperti main ayunan. Ada sedih ada senang, kadang untun terkadang malang. Hidup seperti bandul yang sebentar ke kiri lalu bergerak ke kanan.  Ayun saja, ikuti iramanya. Jangan fokus pada kesedihan. Ingat, kita pernah senang. Jangan fokus pada kelemahan pasangan, dia pun punya kelebihan. Ayun terus bandulmu, ya ayun saja agar berjalan seimbang. Anggap saja hidup ini seperti sebuah game yang asyik dan menarik, serta "bersenanglah". Belajar bersukacita dalam segala hal, dan ingat kita tidak sendiri.

Membawa Damai
Tabungan emosi bahagia bisa kita tingkatkan dengan mengembangkan jiwa pemaaf, alias cinta damai. Perhatikan Nasihat kuno ini, "Berbahagialah kamu yang membawa damai" masih relevan bagi kita. Prinsip hidup ini memberitahu kita cara berbahagia. Kita diminta mendistribusikan damai pada sesama. Terutama  yang sedang tidak memiliki damai. Seorang pendamai memiliki jiwa pemaaf. Mereka cakap menjadi mediator bagi sesamanya yang sedang konflik. Tentu orang yang sedang tidak berdamai dengan dirinya sendiri tidak mungkin mampu mendistribusikan damai ini.

Sebaliknya ia berpotensi membuat orang lain merasa tidak damai alias kecewa. Mereka yang defisit rasa damai dan kasih, berpotensi menjadi pribadi yang rentan konflik. Meski TAHU berdamai itu baik dan MAU berdamai dengan sesama tapi dia tak akan MAMPU melakukannya. Hanya orang yang berdamai dengan Tuhan dan dirinya sendiri dapat membawa damai pada sesama. Buah membawa damai adalah kebahagiaan. Bahagia artinya menikmati kesenangan dan penderitaan secara seimbang. Kebahagiaan membuat seseorang stabil, punya daya tahan dan daya juang.  Modal yang baik membangun karir dan keluarga.

Orang yang bahagia rela membayar harga demi kebahagiaan musuhnya. Sebaliknya, mereka yang tidak bahagia senang melihat orang lain (musuhnya) gagal dan menderita. Miskin empati. Orang yang tidak bahagia enggan melihat orang yang pernah melukainya bahagia. Ia (masih) menyimpan rasa iri dan marah. Sementara itu ada juga orang yang berpura-pura damai, bebas konflik. Mereka rela hidup MUNAFIK agar diterima sesamanya. Supaya dilihat  sebagai pemaaf.
Rasa damai semu dan para pendamai palsu ini banyak disekitar kita. Orang bijak dapat membedakannya. Berbahagialah kamu yang membawa damai. Ya, kebahagiaan dimulai dengan cinta damai. Bahagia dimulai dengan memberi maaf. Karena mengampuni itu PINTU perdamaian dan kebahagiaan. Tapi sayangnya, pintu itu kecil dan sempit tidak bisa dimasuki tanpa membungkuk alias rendah hati. 


Friday 8 February 2013

Modal Setelah menikah

Modal tidak dibutuhkan saat mau usaha atau akan melangsungkan pernikahan. Jangan salah ya kalau Modal setelah menikah jauh lebih penting(menurut saya sih). Begitu saya menikah dan hidup terpisah dengan orang tua kami masing-masing di perumahan baru bernama Kontrakan Indah (alhamdulillah hanya 2 tahun dan langsung ke tolong Bank Miun) , Biaya memulai keluarga ternyata mahal. Jelaslah mau kontrak dimana? bayar kontrakan berapa? Mau tidur di tikar apa kardus? mau makan pake alas apa? masak pake apa? Mandi pake apa?Mau minum langsung dari kran?  hayo dihitung....... siapkan kalkulator anda.


Printilan-printilan kecil kayak ember, rak piring, panci, wajan, gayung, lap pel, keset, ini printilan yang banyak ga kesebut kalau dijumlah,,, huuuaaaalllaaaaa tetap banyak juga kan? belum yang besar-besar, kasur, lemari, TV, kulkas, dan bla bla bla. Untung alhamdulillah juga banyak dapet kado dari sahabat-sahabat dan keluarga yang sangat baik hati! Seprai, tambahan panci lain, cangkir dan teko, hiasan rumah, kimono handuk, kaos, adalah sebagian yang bisa diingat dari kado-kado yang didapat. Alhamdulillah ....... 
Biaya yang  tadi disebutkan  keluar kalau setelah menikah kamu langsung tinggal sendiri di kontrakan(rumah sendiri bagi yang sudah beli), terpisah dari orang tua. Kalau tinggal di Pondok Mertua Indah, ga perlu beli perabotan-perabotan seperti disebut di atas kan?

Alhamdulillah saya bersyukur banget bisa langsung mandiri terpisah dengan rumah orang tua, visi kami membangun rumah tangga hanya dijalankan oleh kami berdua tanpa campur tangan oleh orang tua, atau orang lain. Kemana kami akan membawa rumah tangga ini berada ditangan kami, tanpa rasa rikuh pekewuh(sungkan).terima Kasih Emak Bapak mengajarkan hidup buat kami, Terima kasih Ya Rabb Kau wujudkan jalan terbaik bagi kami.


Perjalanan Awal menikah

Semalam ngobrol sama ayah, tentang awal kami menikah. Jadi senyum-senyum dengan perjalanan awal menikah kami. he he he he he Bagaimana kehidupan setelah menikah? Menyenangkan, menakjubkan, membuat saya bersyukur.  Bahkan sering banget kami berdua ‘mempertanyakan’, bener tidak kami  sudah nikah, saking masih amazed-nya sama kehidupan baru ini.

Dari sebelum nikah, kami sepakat untuk tinggal berdua langsung sendiri. Mengontrak rumah mungil berwarna hijau, dengan halaman persawahan. Rumah yang masih bagus, dengan dua kamar tidur , satu kamar mandi, satu dapur, dan ruang tamu-tengah yang lega. Rumahnya juga memberikan perlindungan privasi dan keamanan yang insya Allah baik, karena letaknya di jalan buntu. Daerah Kaliabang tengah Bekasi, Kenapa milih di sini? karena dekat rumah tante dan rumah kakak dari suami, jadi ngumpul. 

Manfaat Tinggal Sendiri Setelah Menikah?
Kami  sudah pernah baca beberapa buku “pelajaran” berkeluarga sebelum kami menikah pada tanggal 27 September 2009, bahwa lebih baik setelah menikah itu tinggal sendiri, langsung terpisah dari orang tua. Itu juga yang jadi dasar kami memilih tinggal sendiri. Setelah menikah dan mengalami tinggal terpisah dengan orang. Terasa manfaatnya:
#1 Kita jadi lebih mandiri, karena survival-nya hidup kita ada di tangan kita.
Secara praktis, semua hal A sampai Z dalam hidup kami harus diurus berdua, tanpa mengandalkan orang lain. Dengan melepaskan ketergantungan dengan orang lain (orang tua, dalam kasus ini), kami juga bisa cepat belajar jadi orang tua yang kuat, untuk anak-anak kami nanti.

#2 Mengerti susahnya perjuangan orang tua kita dulu, jadi kita bisa lebih bersyukur dan lebih sayang orang tua.
Cara berempati yang paling akurat dengan orang lain ya dengan berada di posisi orang lain itu. Dan ternyata rasanya seperti ini ya, menjadi orang tua(meski baru 2 tahun 4 bulan)  Dengan ini, kami jadi bisa lebih bersyukur dan lebih ingat untuk mendo’akan orang tua .
#3 Kita berdua jadi ‘terpaksa jago’ ngerjain berbagai kerjaan rumah.
Kalau urusan beres-beres rumah saya sudah biasa(kalau ga rajin yang ada di pukul sapu sama Mak Sri). Jadi saat tinggal sendiri tidak mengalami kesulitan menjadi ibu rumah tangga, memasak, nyuci, bersih-bersih. bedanya sekarang ada yang membantu. Ayah bukan tipe orang yang ngerjain pertukangan tapi setelah menikah saya lihat jadi tukang listrik, tukang ledeng, tukang kayu dan tukang batu., he he he he he komplit deh. (love u ayah)
#4 Bikin pasangan suami istri makin cuintaaa.
           Tiap hari berdua, nonton film berdua, masak berdua, nyuci baju berdua, he he bersih- bersih ,
           ngobrol berdua, eeeeemmmmmm asik kan. bagaimana ga nambah cinta?

#5 Makin mengerti arti PROSES dan KERJA KERAS, bukan cuma menikmati hasil.
Orang tua kita kami sekarang punya rumah, kendaraan, perabotan rumah tangga yang banyak. Emangnya itu semua instan dapetnya? itu pasti kerja keras mereka selama berumah tangga. nah saatnnya kami mencontoh. Kalau masih tinggal sama orang tua, kami pasti masih pake semua fasilitas tersebut (setidaknya sebagian besarnya). Kalo udah tinggal sendiri, kulkas ga punya, mesin cuci ga punya, TV ga punya, motor pun belum mulai nyicil, rumah apalagi. Kami jadi termotivasi untuk bekerja keras, bersabar, menghargai proses, dan menunda menikmati kesuksesan untuk kesuksesan lain yang lebih besar nanti.
Sebelum menikah pernah dikasih nasehat oleh Mak Sri dan Pak Joko bahwa pisang itu bakal tumbuh subur kalo dipisahin dari induknya. Tahu pohon pisang kan, yang berkembang biak dengan tumbuh tunas pohon barunya di samping pohon induknya. Ternyata, tunas baru pisang itu akan tumbuh dengan cepat, lebat, dan berbuah subur kalau tunasnya dipotong, dipindahin dari samping induknya. Jadi semangat untuk menjalani rumah tangga secara mandiri. Mau coba?? 

DOA ku kepada TUHAN

Bagiku Doa adalah cara berdialogku dengan Tuhan pencipta jagad raya dan seisinya, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pencipta. Dalam doa aku bisa ungkapkan senyata-nyatanya apa yang aku alami, gembira, sedih, sakit, sehat. Entah dalam keadaan putus asa atau penuh harapan. Entah dalam keadaan kuat iman atau lemah iman. Lewat doa, aku juga merasakan jeritan hati yang tak berdaya, yang disiksa yang tidak dipedulikan dan yang sewenang-wenang. 



" Tuhan, berbagai kekhawatiran yang akan menimpa masa depan kami. Bagaimana hidup kami terus berjalan, sementara begitu banyak kejadian yang tak pasti menghadang? Bagaimana hari tua kami? Apakah kami akan terus sehat? Bagaimana kami dapat menanggung hari tua kami, keluhan-keluhan dan penyakit kami, dan perasaan kami yang tak lagi merasa di butuhkan. "


" Tuhan, kami juga khawatir akan nasib dunia ini, akankah di dunia ini manusia dapat hidup berdampingan dan damai? Tuhan, hiburlah, kuatkanlahdan lingdungilah kami dan anak-anak kami "


" Tuhan, Kau mengenal kekhawatiran kami,,,"

Thursday 7 February 2013

Demi kenikmatan Tuhan engkau rela melakukan pelayanan; mana yang lebih menjadi perhatianmu apakah engkau menanggung  pujian atau celaan orang. 


Mawlana Jalal ad-Din Rumi

Tuesday 5 February 2013

GAZA

Sore ini saya membaca buku JALUR GAZA karya TRIAS KUNCAHYONO, seperempat halaman saja belum saya usaiakan. Saya sudah menangis. dan Saya memutuskan untuk mencari Gaza di google, apa yang saya temui? miris, Entahlah apa yang sudah menjadi takdir bagi Gaza, Tanah terjanji, intifada dan pembersihan etnis. Tanah penuh mujahid, penghapal Al-quran. Apa yang kau cari Israel? apa yang kau lihat Amerika(butakah kau?)

Monday 4 February 2013

satu hari hanya 24 jam, dan kau sanggup memikirkan aku menilai aku dan mengkritik hasilku. Dan aku tak punya satu detik pun untuk menilai bahkan memikirkan mu