Itu keliru. Lihat saja tak sedikit
konglomerat dan artis papan atas mati bunuh diri. Mereka hanya kaya nama
dan harta tapi tetap miskin bahagia. Bahagia adalah emosi positif,
yang kita perlukan sepanjang kehidupan, terutama di saat sulit dan
situasi yang buruk. Perasaan bahagia dibentuk sejak kecil. Ditumbuhkan
oleh kasih sayang orang tua, relasi yang baik dengan sesama dan iman
yang sehat.
Emosi bahagia tumbuh karena melewati pelbagai
pengalaman baik dan buruk, situasi positif- negatif secara SEIMBANG. Ya,
bahagia adalah menikmati kesenangan dan penderitaan secara seimbang.
Itu sebabnya mereka yang TERLALU dimanja saat kecil bisa bermasalah
secara emosi di masa dewasa. Demikian juga anak-anak yang lebih banyak
menderita karena perlakuan kasar Ayah atau ibunya.
Hidup
bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. Begitulah ada waktunya
kita senang, ada waktunya sedih. Ada waktu untuk untung, kadang malang.
Ada waktu untuk mendapat, kadang kehilangan. Ya untuk segala sesuatu ada
waktunya, kata Salomo. Tak selamanya orang menyukai kita, terkadang
kita dibenci. Hari ini dipuji, eh besok orang yang sama bisa mencaci
kita. Lebih menyakitkan lagi saat orang terdekat mengkhianati kita.
Tubuh
kita tak selalu sehat, sewaktu-waktu bisa sakit. Adapula teman yang
menderita hingga bertahun-tahun lamanya seperti Ayah penulis yang pernah
menderita sakit nyaris 2 tahun. Begitulah. Hidup bagaikan cuaca, yang
tak selalu panas terkadang ada musim hujan. Ringkasnya, bahagia adalah
belajar menikmati kesenangan dan penderitaan secara seimbang. Orang
bahagia itu di masa senang tidak lupa diri, dan di kondisi yang buruk
tidak bersungut atau mengutuk.
Menabung emosi bahagia Jadi
bagaimana caranya menabung emosi bahagia? Tetap tegar di masa
sukar? Sebelum masa sulit, pengalaman pahit, atau sakit ini datang
persiapkanlah diri. Seperti Nabi Yusuf yang bijak menyiapkan tujuh tahun
masa kelaparan dengan menabung gandum di masa kelimpahan, kitapun perlu
menabung emosi bahagia.
Seperti pepatah berkata, "sedia payung
sebelum hujan". Atau anak-anak sejak kecil butuh imunisasi agar kebal
saat penyakit menyerang. Maka kita pun perlu menabung emosi bahagia.
Caranya? Ingat dan catatlah semua pengalaman positif: pengorbanan orang
tua, kasih sayang guru, dan kebaikan sahabat. Indahnya diterima dan
dihargai orang yang mencintai Kita. Serta pengalaman lainnya yang
membuat hati kita senang dan emosi kita positif. Menghitung setiap
berkat Tuhan. Selain mencatat emosi bahagia kita di sebuah buku harian
atau komputer, "catat" juga di loh hati Anda dengan senantiasa bersyukur
pada sang Ilahi.
Setelah ditulis, bagikanlah kebahagiaan itu.
Dengan cara menceritakannya sesering mungkin, selagi ada kesempatan.
Inilah cara terbaik menabung emosi bahagia. Moto Pelikan Indonesia
dimana saya bekerja adalah: "bagikanlah penderitaanmu maka
penderitaanmu akan berkurang, bagikanlah kebahagiaanmu maka
kebahagiaanmu akan bertambah". Bila suatu ketika datang masa yang
sulit, atau sakit menyerang, kita bisa menggunakan memori tadi untuk
menguatkan diri. Kita tetap kuat, tidak mengeluh atau bersungut.
Saat
kita sedih, kita mengambil "tabungan" emosi senang. Mengingat bahwa
kita pernah senang dan seterusnya. Mengingat banyak orang yang (sudah)
menyenangkan kita. Di saat kita malang, ditipu atau dirugikan orang,
kita ambil "tabungan" keuntungan. Ya, kita pernah beruntung mendapat
pemberian dan kebaikan orang yang sayang dengan kita. Bisnis kita pernah
untung. Sesekali gagal atau rugi, wajarlah.
Bandul Hidup
Saya
menganalogikan irama hidup kita di atas bagaikan "main ayunan" atau
bandul. Siapa yang cakap mengayun ayunannya, akan bisa bergembira meski
di saat susah. Masalah sebagian klien kami di ruang konseling ternyata
bukan pada besar atau beratnya masalah. Tapi karena mereka tidak siap
menghadapi masalah dalam hidup. Tidak ready menghadapi
kemungkinan terburuk. Misalnya, pasangan yang akan menikah lebih banyak
membayangkan indahnya pernikahan, tapi tak pernah belajar keterampilan
menghadapi pelbagai masalah dalam perkawinan. Apakah itu penyakit,
kekurangan ekonomi atau masalah anak dengan kebutuhan khusus.
Umumnya orangtua bahagia punya anak, tapi mereka tidak mempersiapkan skill
dan mental jika anak mereka menghadapi masalah. Terkena adiksi narkoba
misalnya. Sebagian orang malah sudah takut menghadapi masalah. Mereka
menganggap kesulitan itu momok yang harus dihindari atau dijauhi.
Padahal sikap terbaik, masalah itu dijalani atau dihadapi. Bukan
dihindari atau lari dari masalah. Dalam konseling kami membantu klien
memahami fakta kehidupan adalah berjuang. Hidup adalah perjuangan.
Kita
harus berhenti dari sikap dan perilaku yang menyalahkan atau
mengkambinghitamkan orang lain. Stop dari penyesalan diri atau
menyalahkan diri sendiri. Lebih baik energi emosi dan pikiran dikerahkan
untuk menghadapi masalah. Dengan pikiran jernih, kita mencari solusi
bersama pasangan dan orang yang dipercaya. Semua orang punya masalah.
Kesulitan tidak menunjukkan kita lemah. Tidak. Kesulitan yang DIA
izinkan tidak bermaksud melemahkan, sebaliknya, mendewasakan. Membuat
hidup seimbang dan lebih indah berwarna.
Semua tantangan hidup
adalah pencobaan yang biasa atau lazim, tidak melebihi kekuatan kita.
Tuhan tahu apa yang terbaik dan apa yang sanggup kita pikul. Kadang
kita saja yang cenderung membesar-besarkan masalah; atau suka menyimpan
atau lari daripada menghadapinya. Respon keliru inilah yang menjadikan
beban hidup kita terasa berat. Kita juga perlu mengembangkan sikap
optimis (beriman) dan berpengharapan, bahwa badai masalah pasti berlalu.
Setiap masalah ada "wisuda"-nya. Bahkan bila Anda merasa "nasi sudah
menjadi bubur", percayalah buburpun bisa dijadikan bubur ayam yang
lezat. Bagi orang percaya, tragedi bisa menjadi "komedi" dan frustasi
menjadi prestasi. Sikap terbaik seorang pemenang adalah selalu
mengandalkan Tuhan.
Kehidupan seperti main ayunan. Ada sedih ada
senang, kadang untun terkadang malang. Hidup seperti bandul yang
sebentar ke kiri lalu bergerak ke kanan. Ayun saja, ikuti iramanya.
Jangan fokus pada kesedihan. Ingat, kita pernah senang. Jangan fokus
pada kelemahan pasangan, dia pun punya kelebihan. Ayun terus bandulmu,
ya ayun saja agar berjalan seimbang. Anggap saja hidup ini seperti
sebuah game yang asyik dan menarik, serta "bersenanglah". Belajar bersukacita dalam segala hal, dan ingat kita tidak sendiri.
Membawa Damai
Tabungan
emosi bahagia bisa kita tingkatkan dengan mengembangkan jiwa pemaaf,
alias cinta damai. Perhatikan Nasihat kuno ini, "Berbahagialah kamu
yang membawa damai" masih relevan bagi kita. Prinsip hidup ini
memberitahu kita cara berbahagia. Kita diminta mendistribusikan damai
pada sesama. Terutama yang sedang tidak memiliki damai. Seorang
pendamai memiliki jiwa pemaaf. Mereka cakap menjadi mediator bagi
sesamanya yang sedang konflik. Tentu orang yang sedang tidak berdamai
dengan dirinya sendiri tidak mungkin mampu mendistribusikan damai ini.
Sebaliknya
ia berpotensi membuat orang lain merasa tidak damai alias
kecewa. Mereka yang defisit rasa damai dan kasih, berpotensi menjadi
pribadi yang rentan konflik. Meski TAHU berdamai itu baik dan MAU
berdamai dengan sesama tapi dia tak akan MAMPU melakukannya. Hanya
orang yang berdamai dengan Tuhan dan dirinya sendiri dapat membawa damai
pada sesama. Buah membawa damai adalah kebahagiaan. Bahagia artinya
menikmati kesenangan dan penderitaan secara seimbang. Kebahagiaan
membuat seseorang stabil, punya daya tahan dan daya juang. Modal yang
baik membangun karir dan keluarga.
Orang yang bahagia rela
membayar harga demi kebahagiaan musuhnya. Sebaliknya, mereka yang tidak
bahagia senang melihat orang lain (musuhnya) gagal dan menderita. Miskin
empati. Orang yang tidak bahagia enggan melihat orang yang pernah
melukainya bahagia. Ia (masih) menyimpan rasa iri dan marah. Sementara
itu ada juga orang yang berpura-pura damai, bebas konflik. Mereka rela
hidup MUNAFIK agar diterima sesamanya. Supaya dilihat sebagai pemaaf.
Rasa
damai semu dan para pendamai palsu ini banyak disekitar kita. Orang
bijak dapat membedakannya. Berbahagialah kamu yang membawa damai. Ya,
kebahagiaan dimulai dengan cinta damai. Bahagia dimulai dengan memberi
maaf. Karena mengampuni itu PINTU perdamaian dan kebahagiaan. Tapi
sayangnya, pintu itu kecil dan sempit tidak bisa dimasuki tanpa
membungkuk alias rendah hati.